Sunday, January 08, 2006

persistance

"Nothing in this world can take the place of persistence. Talent will not;
nothing is more common than unsuccessful people with talent. Genius will
not; unrewarded genius is almost a proverb. Education will not; the world
is full of educated derelicts. Persistence and determination alone are
omnipotent. The slogan "press on" has solved and always will solve the
problems of the human race"
Calvin Coolidge.

Orang Madura di Bali


Orang Madura di Bali

Jakarta, KCM
Bukan karena takut bom meledak lagi di Bali, saya memilih bersih-bersih
rumah saat tahun baru. Justru saat itulah saya mengalami musibah. Hari
Minggu, 1 Januari lalu, saya menglami keseleo pinggang saat berusaha
menggeser sebuah kasur pegas cadangan yang seperti mau jatuh dari rak
penyimpanannya. Terpaksa pekerjaan bersih-bersih rumah dihentikan. Mau
pergi ke fisioterapi sudah pasti tidak ada yang buka. Saya terdiam pasrah
menahan rasa nyeri pada pinggang kanan saya.
Sebetulnya saya kurang suka dipijat. Tapi karena rasa nyeri yang tidak
kunjung menghilang meskipun sudah diolesi balsam panas, saya akhirnya
menelepon Ibu saya minta tolong dipanggilkan tukang pijat yang biasa
memijat keponakan saya.
Dua jam kemudian, Bu Nan, begitu ibu tukang pijat ini biasa dipanggil,
sudah tiba di rumah saya. Saya menceritakan asal-muasal saya mendapatkan
rasa nyeri di pinggang saya ini.
"Sampeyan ini Mbak! Wong, sudah tahu kasur berat kok digeser sendiri. Ya
begini ini jadinya," kata Bu Nan mengomeli saya dengan logat Maduranya yang
kental.
Sebetulnya saya tidak terlalu mengenal Bu Nan. Keponakan saya yang
memang doyan dipijat, yang sering menceritakan sosok Bu Nan ini. Yang
pijatannya mantap lah, yang orangnya kecil lah, yang kulitnya gosong lah.
Baru hari itu saya bertemu langsung dengannya.
Memang benar, pijatannya mantap. Bahasa lainnya, sakit! He…he…he..,
mungkin karena saya tidak sering dipijat ya, jadi tidak tahan. Keponakan
saya kalau tahu pasti tertawa habis melihat saya meringis-ringis keluar
airmata waktu sedang dipijat. Tapi berangsur-angsur rasa nyeri yang saya
rasakan di pinggang mulai berkurang. Saya mulai bisa menikmati ’kemantapan’
pijatan Bu Nan yang sesungguhnya. Enak juga!
"Sampeyan kalau perlu pijatan, telpon aku saja Mbak! Tadi itu waktu Ibu
sampeyan telpon, anakku yang terima telponnya. Tapi jangan khawatir, pasti
disampaikan kok," katanya setengah berpromosi.
"Berapa anaknya, Bu Nan?" aku menanyainya sesudah merasa lebih nyaman.
"Anakku ada dua Mbak. Dua-duanya laki. Sudah rabi (menikah) semua.
Putu-ku (cucu) sudah ada empat."
"Hah? Bu Nan sudah punya cucu? Memang Bu Nan umur berapa?" Aku bertanya
keheranan, sebab kalau kulihat, Bu Nan ini belum terlalu tua.
"Umurku 41, Mbak. Tapi umur tiga belas aku sudah dinikahkan. Umur lima
belas tahun aku wes punya anak. Jaman dulu ya gitu itu Mbak, apalagi di
Madura."
"Tiga belas tahun, Bu Nan?" aku menggeleng-geleng tidak percaya.
"Iyo, Mbak. Wong aku ini ngerawat bayi masih ndak bisa kok. Ibuku yang
ngurusi anak ku itu! Habis punya anak yang kedua itu aku langsung minta
steril."
Aku keheranan mendengar pernyataannya," Kenapa kok minta disteril, Bu Nan?"
"Aku ini orang susah Mbak, aku ndak mau anakku jadi orang susah juga.
Dua saja sudah cukup, aku sama bojo-ku mampunya ngerawat segitu. Sampeyan
lihat ndak di tivi-tivi itu! Wes ndak punya, tapi kok manak (punya anak)
terus. Anaknya kan jadi ndak terurus. Mau dikasih makan apa? Ndak ngerti aku!"
Aku semakin takjub, "Anak-anaknya Bu Nan kerja di mana?" Aku tidak bisa
menyembunyikan rasa ingin tahuku.
"Anakku yang besar jadi penjahit, punya kios kecil di pasar. Yang
kecilan buka usaha servis barang elektronik, tivi-tivi, radio gitu Mbak.
Aku sudah seneng, mereka sudah bisa ngidupi keluarga mereka sendiri. Nek
aku sendiri, sekarang lagi ngumpul-no duit buat uang muka, mau nyicil BTN
daripada aku ngontrak terus, Mbak! Bayar kontrakan sama aja dengan bayar
cicilan, kan bagus aku nyicil to Mbak!" Ia berkata penuh semangat. Aku
ternganga mendengarkan cerita Bu Nan, pikirannya maju sekali.
"Tapi jaman sekarang susah Mbak. Apa-apa mahal, mana ada bom lagi, di
mana itu? Sulawesi sana ya Mbak? Orang seng ngebom-ngebom iku yo
jelas-jelas salah! Mana ada uwong mateni uwong (orang membunuh orang) bisa
masuk surga? Jadi jangan ngomong orang Jawa, orang Bali, orang Islam,
Kristen, Hindu, pokoke kalau sudah membunuh ya berdosa," ia berceloteh
sambil tetap memijat aku.
Dalam hati aku berpikir sendiri. Kalau saja mayoritas rakyat negeriku
ini memiliki pikiran maju seperti Bu Nan, meskipun aku yakin ia tidak
mengenyam bangku pendidikan yang tinggi, tentunya kesejahteraan makin dekat
menjadi kenyataan.
Dari jendela kamar tidurku, aku melihat sosok Bu Nan mengayuh sepedanya
keluar dari halaman rumahku. Mudah-mudahan uang muka untuk mencicil BTN
bisa cepat dikumpulkannya.
(Mira, ibu rumah tangga, tinggal di Bali)
http://www.kompas.com/olahraga/news/0601/05/140540.htm

Saturday, January 07, 2006

What you can do with internet pls forward

To komunitasinternetpalu@yahoogroups.com
pls forward:
what you can do with internet:
1. belajar inggris :)
2. cari duit
3. cari pasangan ;p
4. cari musuh :( (not recomended)
5. sharing
apa lagi ya?
silahkan pakar2 tambahin dong. lalu forward ketemen2 biar difolow up dan
pada penasaran join KIP :)

viva KIP

Friday, January 06, 2006

Open 2006 with enthusiasm and love :)

I decided to open new blogspot. hope this will bring inspiration to other
that read this.

Minggu ini 2 temen baik yg lama udah gak pernah kontak tiba2 email dan sms.
Yang 1 ilang 5 tahun yg lalu, yg satu ilang 6 thn lebih. Yg satu udah jauh
sekali di ausie. yg satu deket sekali digorontalo :)

Setelah setahun perjalanan menjalankan bisnis komputer. Sempet jatuh sampe
mau kukut. Lalu sebulan lalu kehilangan sebuah laptop pesanan orang. Begitu
banyak pengalaman yg sangat membuat ingin down. Perjuangan untuk mencari
duit, membangun bisnis, mencari profit.

Minggu belakangan ini baru sadar, bahwa money not everything.
So what yg paling penting gitu lho. ada. menurut saya paling penting adalah
relation dan peace of mind. kok bisa bilang gitu.
Iya, setahun perjuangan untuk mencari duit telah meninggalkan banyak hal yg
membekas. Dimana dalam usaha mencari duit kadang melupakan hal2 yg paling
prinsipil yg saya sebut diatas.

Minggu lalu bom meledak dipalu. Menyadarkan juga bahwa our time in this
world is limited. maut bisa menjemput kapan saja dan dimana saja. so i
decided to search for what i realy want and what to do so i make fullfill
of my life.

hope this blog will continue ;p
to be continue ...

Welcome New Blog